Oleh: Dr
Muhammad Arifin
Dosen Tetap
STDI Imam Syafii Jember, Dosen Terbang Program Pasca Sarjana jurusan Pemikiran
Islam Program Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan
anggota Pembina Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI).
PERJALANAN hidup manusia
melalui berbagai fase dan juga perubahan fisik, mental, dan juga spiritual.
Adanya perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa hanya Allah Azza wa Jalla yang
kekal. Dan kalau bukan karena karunia dari-Nya manusia tidak akan kuasa untuk
teguh dalam menetapi sesuatu termasuk agamanya (istiqamah).
Karena itu,
dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa memohon
keteguhan hati kepada Allah: “Wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” Dan ini mungkin
salah satu hikmah yang dapat anda petik dari kewajiban membaca surat Al Fatihah
pada setiap rekaat shalat. Pada surat ini terdapat permohonan kepada Allah Azza
wa Jalla agar senantiasa menunjuki anda jalan yang lurus, yaitu jalan kebenaran
Fenomena ini
terus melintas dalam pikiran saya, gara-gara saya membaca pernyataan Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj di berbagai media.
Said Aqil mengatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesat dan termasuk Islam seperti
halnya Sunni.
Untuk
menguatkan klaimnya ini, Said Aqil merujuk pada kurikulum pendidikan pada
almamaternya, Universitas Ummul-Quro di Arab Saudi. "Wahabi yang
keras saja menggolongkan Syi’ah bukan sesat," demikian klaim Said Aqil.
Pernyataan Said
Aqil ini menyelisihi fakta dan menyesatkan. Sebagai buktinya, pada Mukaddimah
disertasi S3 Said Aqil semasa kuliah di Universitas Ummul-Quro, hal: tha’ (ط),
ia menyatakan: “Telah diketahui bersama bahwa umat Islam di Indonesia secara
politik, ekonomi, sosial dan ideologi menghadapi berbagai permasalahan besar.
Pada saat yang sama mereka menghadapi musuh yang senantiasa mengancam mereka.
Dimulai dari gerakan kristenisasi, paham sekuler, kebatinan, dan berbagai
sekte sesat, semisal Syi’ah, Qadiyaniyah (Ahmadiyah), Bahaiyah dan selanjutnya
tasawuf.”
Pernyataan Said
Aqil pada awal dan akhir desertasi S3-nya ini menggambarkan bagaimana pemahaman
yang dianut oleh Universitas Ummul-Quro. Bukan hanya Syi’ah yang sesat, bahkan
lebih jauh Said Aqil dari hasil studinya menyimpulkan bahwa paham tasawuf juga
menyimpang dari ajaran Islam.
Karena itu,
pada akhir dari disertasinya, Said Aqil menyatakan: “Sejatinya ajaran tasawuf
dalam hal “al-hulul” (menyatunya Tuhan dengan manusia) berasalkan dari
orang-orang Syi’ah aliran keras (ekstrim). Aliran ekstrim Syi’ah meyakini bahwa
Tuhan atau bagian dari-Nya telah menyatu dengan para imam mereka, atau yang
mewakili mereka. Dan idiologi ini sampai ke pada para pengikut Sekte Syi’ah
berawal dari pengaruh ajaran agama Nasrani.” (Silatullah Bil-Kaun
Fit-Tassawuf Al-Falsafy oleh Said Aqil Siradj 2/605-606)
Karena
menyadari kesesatan dan mengetahui gencarnya penyebaran
Syi’ah di Indonesia, maka Said menabuh genderang peringatan. Itulah yang ia
tegaskan pada awal disertasinya, sebagai andilnya dalam upaya melindungi umat
Islam dari paham yang sesat dan menyesatkan.
Namun, alangkah
mengherankan bila kini Said Aqil menelan kembali ludah dan keringat yang telah
ia keluarkan. Hasil penelitiannya selama bertahun-tahun, kini ia ingkari
sendiri dan dengan lantang Said Aqil berada di garda terdepan pembela Syi’ah.
Mungkinkah kini Said Aqil telah menjadi korban ancaman besar yang dulu ia
kawatirkan mengancam Umat Islam di negeri tercinta ini? [voa-islam.com]
http://www.voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar