Setiap pagi
hari setelah sholat shubuh di Masjid Ksatria Taqwa Babarsari, kami selalu
berangkat mengaji menuju Pondok Pesantren Ulil Albab Mundusaren tercinta.
Biasanya kami menunggu teman-teman di kostnya mas Sutrisno dan mas Supriyono.
Bila telah berkumpul, kita berangkat bersama sambil jalan kaki atau naik sepeda
menuju pondok pesantren melalui persawahan penduduk.
Malam
harinya setiap ba’da Magrib kecuali malam selasa dan malam kamis(malam selasa
di isi pengajian oleh Ustadz Drs. Hanafi dan malam kamis di isi dengan
pengajian oleh Ustadz Drs. Muhammad Mustafa) kami selalu mengisi kultum secara
bergiliran. Materi yang di sampaikan bebas menurut selera masing-masing dan
terkadang dari materi pengajian di ponpes Ulil Albab pagi harinya itu yang kita
sampaikan kembali dalam kultum.
Banyak
santri-santri Pesantren Ulil Albab khususnya yang kuliah di STTNAS Yogyakarta memulai
belajar pidato di Masjid Ksatria Taqwa Babarsari. Teringat oleh penulis sendiri
bagaimana santri senior seperti mas Joko Prasojo(dosen Elektro STTNAS), mas
Sutrisno (dosen Mesin STTNAS), mas Sudiana(dosen Elektro STTNAS), mas Harno dll
yang begitu semangat mendorong santri-santri yang muda seperti mas Agus
Sudirman, mas supriyono, mas Rusdianto, mas Supriyanta, mas Subaryanto, mas Eri
Gunawan, mas Jajat Sudrajat dll untuk belajar kultum.
Biasanya
santri junior belajar kultum pertama kali dengan membawa repekan yang telah
dibuat dikost kemudian dibaca seperti pembina upacara, kultum yang kedua
repekan tetap dibawa sebagai sirep bila waktu kultum tiba-tiba lupa apa yang
harus di sampaikan maka repekan yang dibawa itulah yang kita baca. Kultum yang
ketiga biasanya santri junior sudah mulai menunjukkan mental baja, berkurang
rasa malu, grogi dan tetek bengeknya di saat akan kultum. Pada kultum yang
ketiga inilah spontanitas dan ekspresi dari santri junior sangat terlihat apa
adanya dalam kultum itu. Dan bisa dibilang santri junior dah lancar kultum dan
layak untuk mengisi ceramah atau kultum pada bulan Ramadhan.
Disamping
kultum tiap ba’da Maghrib, para santri ada juga yang mengajar ngaji pada TPA
Ksatria Taqwa. TPA Ksatria Taqwa sendiri didirikan oleh mas Joko Prasojo dan
kawan-kawan karena melihat anak-anak babarsari banyak yang tidak bisa baca Al
Qur’an dan adanya krestenisasi terhadap anak-anak muslim babarsari waktu itu
dengan cara mengajak anak-anak muslim mengikuti kebaktian digereja. Penulis
sendiri selama kuliah ikut andil kembali mengaktifkan TPA Ksatria Taqwa yang
mati suri. (Alfuad Gapuki)
foto bareng santri TPA Ksatria Taqwa di bulan Ramadhan sebelum jalan-jalan pagi |
saat pementasan tari saman |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar