Halaman

Kamis, 16 Februari 2012

Kenangan 3 : Kegiatan tablig Malam Ahad di Kalasan

 
Tidak ada kata lelah dalam kamus santri PUA(Pesantren Ulil Albab), walaupun sibuk dan letih dengan kegiatan rutinitas perkuliahan di kampus, semangat dan cinta terhadapat agama dan mengharapkan Ridho Illahi yang membuat tenaga para santri PUA kembali menggelora. Hal ini di buktikan dengan mengikuti kegiatan tablig tiap akhir pekan.

Biasanya tiap hari sabtu sore kebanyakan santri yang ngekost di sekitar Babarsari akan berkumpul dulu di Masjid Ksatria Taqwa atau di Kostnya Mas Sutrisno untuk berangkat bareng jalan kaki melewati persawah penduduk menuju Pondok Pesantren Tercinta Ulil Albab Mundusaren. Kalau sudah sampai di PUA kita kembali menunggu teman-teman yang akan ikut. Bila sudah merasa mencukupi yang ikut kita langsung berangkat menggunakan mobil Kijang Kuning Kotak 1982 Milik Almarhum Bapak Prof.Dr. Sugianto Padmo dan mobil bapak Drs. Ustadz Muhammad Mustafa.


Setelah tiba di kalasan kita diturunkan di setiap masji secera beregu dengan masing-masing regu terdiri dari 2 orang. Dari dua orang tersebut, salah satu akan mengisi kultum setelah  Maghrib sampae datangnya waktu isya’. Setelah selesai menunaikan sholat isya’ kembali akan dijemput oleh mobil kemudian di bawa kerumahnya Bapak Margono untuk menikmati makanan ringan dan teh manis. Dirumahnya bapak Margono kita biasanya saling menceritakan pengalaman waktu mengisi kultum atau cerita-cerita lucu.

Puas dengan menikmati hidangan yang di sajikan oleh bapak Margono, kembali kita menaiki mobil untuk berangkat pulang menuju PUA. Sesampai di PUA kita disambut dengan senyuman oleh Bapak dan Ibu Drs.Muhammad Mustofa sambil tidak lupa mempersilahkan untuk menikmati makan malam ala kadarnya. Terasa sungguh sangat nikmat dan berharga hidup ini,  walaupun kita sebagai anak kost yang jauh dari orang tua namun dengan senyuman dan sambutan yang hangat yang diberikan oleh bapak dan ibu Drs. Muhammad Mustafa membuat hati ini terasa berada di rumah sendiri bersama orang tua. Kenangan itu terasa hingga kini dan tak bisa terlupakan. (Suwarno, ST)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar